Sabtu, 17 November 2012

Pameran Lukisan Dan fotografi Antonio dan Mario blanco








Dapat diakui oleh dunia bahwa Indonesia memiliki citra seni kebudayaan yang kental dan kuat. Dimulai dari banyak macam tari-tarian daerah seperti Tari Kecak dari Bali, Tari Saman dari Aceh, dan berbagai macam tarian lainnya. Lebih daripada itu, Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa yang bisa dinikmati oleh semua kalangan. Akan tetapi, bila dilihat lebih jauh lagi, kekayaan yang Indonesia miliki tidak sebatas pada kekayaan alam dan budaya saja. Lukisan-lukisan yang diukir oleh tangan Mario Blanco dan Don Antonio Blanco sendiri adalah salah satu karya yang patut dibanggakan dari Indonesia.
Atas prakarsa Primo Alui Joelianto, Duta Besar Republik Indonesia untuk Australia dan dengan perantaraan OZIP , serta dukungan dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia dan Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Melbourne dan Sydney maka pada tanggal 9 November 2011 yang lalu, Mario Blanco membuka pameran di Melbourne dari lukisan-lukisan yang dibuatnya sendiri dan beberapa lukisan yang dibuat oleh ayah kandungnya, Don Antonio Blanco.
Mario Blanco lahir di Bali pada tanggal 4 Juli 1962 dengan seorang ayah yang berasal dari Spanyol dan ibu yang merupakan penduduk asli Bali. Mario Blanco memiliki hasrat yang sangat tinggi dalam bidang melukis. Sifat ini ia dapatkan dari sang ayah, Don Antonio Blanco yang juga merupakan seorang pelukis ternama dunia.
Mario Blanco dikenal sebagai The Young Master oleh banyak orang. Meskipun talenta melukis yang Mario Blanco miliki diturunkan dari ayahnya, namun aliran dari lukisannya cukup berbeda dengan Antonio Blanco. Mario Blanco menganut aliran impresionis, sedangkan Antonio Blanco menganut aliran expresionis.
Antonio  Maria Blanco sendiri adalah seorang maestro pelukis yang eksentrik, ayahnya berasal dari spanyol sedangkan ibunya adalah orang italia. Antonio pada masa mudanya gemar melanglang buana, pernah tinggal di Hollywood, New York, Jepang, di Istana Raja Kamboja dan akhirnya menetap di tempat impiannya yaitu Ubud, Bali.Antonio banyak mendapat penghargaan dari pemimpin berbagai Negara, antara lain adalah  “Chevalier Du Sahamtrei” (Knights of Friendship) dari Raja Norodom Sihanouk dan pada tahun 1990-an mendapat anugerah title “Don” dari Raja Juan Carlos, Spanyol. Sehingga menjadikannya setara dengan pelukis idolanya yaitu Salvador Dali, yang juga mendapat gelar “Don”.
Don Antonio Blanco jarang sekali menjual lukisan aslinya, hanya kepada orang yang dia berkenan, dia baru mau menjualnya. Oleh karena itulah lukisan Don Antonio Blanco jarang terdapat di museum-museum di luar negeri, selain itu hal ini disebabkan karena saking cintanya beliau dengan Bali, maka Don Antonio hanya memajang karya-karyanya di museumnya sendiri.Don Antonio ingin semua orang dari berbagai penjuru dunia yang ingin melihat maha karyanya datang ke Bali.
Tercatat beberapa selebriti dunia dan VVIP yang pernah datang ke museumnya, antara lain Ingrid Bergman,  William Holden, David Bowie, Mick Jagger & Jerry Hall, Koo Stark, Michael learn To Rock, Phillip Kotler (Pakar marketing dunia) dan yang baru-baru ini datang adalah tamu-tamu Negara peserta G-20 Summit beserta Irina Bukova,Direktur Jenderal Unesco.  Michael Jackson dan Presiden Obama adalah sedikit dari beberapa orang yang berkeinginan datang tetapi batal di saat-saat  terakhir (Michael Jackson akhirnya mengundang Don Antonio dan Mario Blanco datang ke Singapore untuk bercengkerama dan melihat beberapa lukisan yang dibawa khusus kesana pada saat Michael mengadakan konser di Singapore. Pada kesempatan itu Don Antonio menyerahkan 2 lukisan portrait Michael Jackson yang dibuatnya khusus).  Dari dalam negeri, hampir semua Presiden Indonesia, mulai dari Soekarno sampai Susilo Bambang Yudhoyono pernah berkunjung ke museum Blanco.
Wonderful Indonesia adalah tema dari pameran lukisan Mario Blanco dan Don Antonio Blanco pada tahun ini. Mario memilih tema Wonderful Indonesia dikarenakan begitu banyak kecantikan dari seni budaya di Indonesia yang bisa dinikmati oleh semua orang di dunia. Tidak hanya kecantikan alam, tetapi juga lukisan yang dibuat oleh para pelukis Indonesia adalah salah satu ciri khas dari kebudayaan Indonesia itu sendiri. Hal inilah yang ingin Mario Blanco tekankan pada pamerannya di tahun 2011. “Perancis adalah pusat seni nomor satu di dunia. Tetapi, sebelum ayah saya meninggal, beliau pernah mengatakan bahwa Bali juga memiliki potensi untuk menjadi salah satu pusat seni di dunia dan Melbourne sebagai kota yang terkenal dengan sebutan “Art & Cultural City of Australia” kebetulan adalah kota pertama yang terpilih diadakannya pameran karya Blanco di Australia sebagai langkah awal untuk mewujudkan visi “Bali sebagai Pusat Seni Dunia”, ujar Mario Blanco dengan mantap.
Keindahan dari pameran lukisan-lukisan Mario Blanco dan Don Antonio Blanco ini dipamerkan di gedung Melbourne International Fine Art atau lebih dikenal dengan nama MiFA. Bryan Collie, yang merupakan direktur dari gedung MiFA itu sendiri mengatakan bahwa ia sangat menyukai keunikan dari setiap lukisan Mario Blanco. Frame (bingkai) lukisan yang diukir serupa dengan objek lukisannya merupakan yang pertama yang dilihatnya di dunia. Mario membuat bingkai bentuk durian untuk lukisan duriannya, Frame buah manggis untuk lukisan manggis. Banyak sekali tamu-tamu penting yang berdatangan pada malam pembukaan ini dibuat terkagum-kagum, antara lain, pejabat pemerintahan City of Melbourne, Konsul Jendral dari negara Chile dan Malaysia, dan juga Hadi Sapto, Acting Konsul Jendral Indonesia di Melbourne selaku host serta berbagai tokoh masyarakat dari berbagai kalangan di Melbourne serta para “Art Lovers”.
Acara dari malam pembukaan pameran lukisan ini dimulai dengan indahnya permainan musik gamelan dan tarian Bali oleh Mahendra Bali (Perhimpunan Masyarakat Bali di Melbourne). Semua tamu menikmati keindahan dari musik asli Indonesia tersebut. Diikuti dengan acara ramah tamah  sambil ditemani oleh jajanan pasar yang lezat yang disajikan dengan iringan lagu yang dimainkan oleh Mahendra Bali. Acara dilanjutkan kembali dengan kata pengantar dari Bryan Collie, direktur dari Melbourne International Fine Art, kemudian sambutan oleh Hadi Sapto Acting Konsul Jendral Indonesia, dan terakhir sambutan dari Mario Blanco sendiri. “We promote not only the beach, dance and handicraft from Bali. But, we do have a lot of world class painters in Bali. We do have museums in every four square kilometres,” kata Mario Blanco sehubungan dengan tema Wonderful Indonesia yang dipilihnya. “Indonesia is wonderful. We promote Indonesia because Indonesia is really wonderful.”
Terdapat 26 karya lukis dan fotografi yang bisa dinikmati oleh semua pengunjung selama pameran ini berlangsung. Setiap lukisan dan fotografi dibingkai dengan bingkai-bingkai yang sangat cantik dan berbau tradisional. Dari 26 karya lukis dan fotografi itu 10 lukisan dan 1 fotografi adalah karya Don Antonio Blanco, 9 fotografi dan  6 karya lukis lainnya adalah hasil ukiran dari tangan Mario Blanco sendiri. Mario mengatakan bahwa setiap goresan dan ukiran dari semua lukisan memiliki artinya sendiri-sendiri.
Pameran lukisan dan fotografi yang dilakukan oleh Mario Blanco ini tidak berhenti hanya di Melbourne saja. Setelah selesai menggelar pameran di Melbourne, Mario Blanco beserta isterinya, Wimas dan dengan timnya  yang terdiri dari Asmari, Gung Aji, Aditya Karma dan Reni berangkat ke Sydney dan menggelar pameran yang sama dimulai dari tanggal 15 sampai dengan 17November, bertempat di Wentworth Gallery, Sofitel Hotel.
i Sydney pun acaranya tidak kalah meriah dengan di Melbourne. Banyak tokoh-tokoh masyarakat Sydney, Konsul Jenderal Negara asing  dan tokoh masyarakat dan Profesional Indonesia yang hadir di pameran ini, antara lain adalah Susanto Tandjung dari Mitsubishi Corporation, Rudy Ibrahim dari IBM Corporation, Paul Sathio CEO Crown International Holdings Group beserta isteri dan Jaya Suprana.
Acara Opening night di Sydney ini dibuka oleh Vinsensius Jemadu, Deputy Director of International Promotion for America & Pacific region dari Kementerian Budaya dan Pariwisata Republik Indonesia. Dalam opening speechnya yang berkesan, Vinsensius melemparkan joke satiris: “Art is like woman’s heart….It’s hard to understand…..It’s a mystery” yang disambut dengan applaus dan gelak tawa dari tamu yang hadir.
Mewakili tuan rumah Sydney, Sunarti Ichwanto salah satu konsul KJRI Sydney memberikan kata sambutan mewakili Gary R.M. Jusuf, Konjen RI untuk NSW yang sedang berada di Indonesia pada saat itu.



Respons dari masyarakat Melbourne dan Sydney terhadap pameran ini umumnya cukup baik, cuma sangat disayangkan pamerannya berlangsung terlalu singkat, hanya tiga hari di setiap kota dan itupun diadakan pada hari kerja dan pada jam kerja kantor , sehingga banyak yang hendak melihat pameran seusai jam kantor atau week end terpaksa gigit jari. Padahal pameran lukisan seperti yang sudah-sudah biasanya berlangsung minimal satu bulan. Pada saat bersamaan juga di Art gallery of NSW diadakan pameran lukisan Picasso yang berlangsung selama tiga bulan.
Pameran Lukisan yang dilakukan oleh Mario Blanco yang didukung oleh pemerintah ini setidaknya dapat menjadi langkah awal dari promosi Indonesia diluar negeri yang lebih gencar seperti yang dilakukan oleh pendahulunya seperti Salvador Dali, Picasso, Van Gough, Leonardo Da Vinci yang mengharumkan nama negaranya sepanjang masa melalui lukisan.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar