Apabila anda ingin jawaban yang singkat, langkah pertama dalam
membeli kamera D-SLR sebenarnya amat mudah. Anda tinggal tentukan jumlah
uang yang akan anda belanjakan. Lalu tentukan merk apa yang anda
nyaman. Pemilihan ini juga dipikirkan teman-teman anda memakai merk apa.
Kalau anda berencana bisa pinjam-meminjam alat dan aksesoris ketika
hunting bersama, pilih merk yang sama. Kalau anda ingin menjadi orang
yang berbeda, ya tinggal pilih merk kamera yang berbeda dari teman anda.
Selanjutnya, tinggal anda membeli kamera tersebut. Langkah ini yang
paling sulit biasanya hehehehehe…..
Baik, itu versi pendeknya. Kalau mau versi panjangnya, kita mulai dengan membahas…..
Kelas Pengguna Kamera
Semua merk kamera D-SLR membagi konsumen mereka di kelas-kelas
pengguna kamera. Pembagian kelas ini juga menentukan, harga yang mereka
pasang untuk produk mereka di masing-masing kelas. Para produsen kamera
biasanya membagi konsumen mereka menjadi beberapa kelompok:
- Profesional
- Semi Profesional
- Hobby
- Entry level
Canon 1D X – Professional Level Camera
Profesional adalah wartawan foto yang setiap hari
dipanggil tugas untuk meliput dalam kondisi apapun, panas, hujan, badai
pasir, di lapangan olah raga, atau bahkan di medan perang. Profesional
adalah fotografer komersil yang melakukan pemotretan hampir setiap hari.
Profesional adalah mereka yang melakukan pemotretan dengan bayaran
premium. Profesional adalah mereka yang akan memakai kamera mereka
hingga limitnya.
Kamera untuk pengguna ini didesain dengan ketahanan yang kuat dan
tingkat kehandalan yang tinggi. Biasanya body-nya terbuat dari campuran
metal, dengan tingkat kerapatan karet pelindung yang tinggi, sehingga
dikatakan weather-proof (dapat dipakai dalam kondisi cuaca apapun
termasuk dibawah hujan, akan tetapi tidak bisa dipakai menyelam karena
tidak dikatakan water-proof). Fasilitas dan fitur-fiturnya dibuat amat
beragam dengan akses terhadap fitur tersebut dibuat lebih mudah (diberi
banyak sekali tombol akses untuk fasilitas). Fiturnya pun banyak yang
bisa diatur sendiri, sehingga fotografer bisa memiliki banyak sekali
pilihan untuk bekerja.
Karet Seal di Kamera Nikon D4
Semi-profesional adalah orang-orang yang memakai
kamera mereka untuk mencari uang, akan tetapi tidak membutuhkan
ketahanan kamera seperti mereka yang profesional. Fasilitas, kehandalan,
dan ketahanan kamera mereka tidaklah perlu sekuat kamera profesional.
Semi-profesional adalah fotografer pernikahan yang lebih banyak memakai
kamera mereka pada akhir pekan. Semi-profesional adalah fotografer
komersil yang memakai kameranya dalam kondisi terkontrol.
Hobby adalah orang-orang yang memakai kamera mereka
untuk hobby mereka. Kamera dipakai untuk bersenang-senang dan melepas
penat pekerjaan utama mereka. Kamera dipakai sekali-sekali atau mungkin
setiap akhir pekan bersama teman-teman mereka.
Canon 1100D – Entry Level Camera
Sedangkan Entry Level adalah orang-orang yang baru
saja ‘kenal’ dengan kamera. Entry level, seperti namanya, adalah
tingkatan pemakai kamera yang baru ‘masuk’ ke dunia kamera. Hal ini
dikarenakan harga kamera di kelas ini adalah harga yang paling murah
dibanding kelas-kelas yang lain.
Fasilitas kamera untuk pengguna Entry Level biasanya diberikan yang
dasar saja (dan beberapa fitur “penarik” untuk tujuan marketing). Body
kameranya dibuat dari plastik, dengan ketahanan dan kehandalan yang
dibuat cukup untuk pengguna level ini. Fasilitas dan fitur-fiturnya
kebanyakan “disembunyikan” di dalam menu, sehingga untuk mengaksesnya
harus melalui menu terlebih dahulu. Kamera di kelas ini tetap memiliki
karet seal, akan tetapi tidak serapat kelas-kelas di atasnya. Sehingga
kamera ini tidak bisa disebut weather-proof, walaupun ada beberapa temen
yang tetap berani memakai kamera ini walaupun sedang hujan
rintik-rintik.
Di antara kedua ujung spektrum pengguna Entry Level dan Professional,
ada pengguna Hobby dan Semi-Profesional. Fasilitas, ketahanan body,
serta desain dasarnya jelas berada diantara kamera kelas Profesional dan
kamera kelas Entry Level. Pada rentang antara ini, model kamera yang
ditawarkan amat beragam dengan fasilitas dan fitur yang juga amat
beragam. Batasan antara kamera Hobby dan kamera Semi-Profesional amatlah
kabur dan mengundang perdebatan.
Harap diingat bahwa produsen kamera tidak pernah secara eksplisit
menyatakan bahwa mereka mengelompokan konsumen mereka dalam 4 kelompok
itu saja. Mereka bisa saja memiliki lebih dari 4 (empat) produk dengan
tingkat fasilitas dan fitur yang berbeda-beda. Semakin banyak pilihan,
tentunya semakin banyak kemungkinan seorang pembeli bisa memilih yang
lebih sesuai dengan kebutuhan (dan kantong) mereka.
Kebanyakan dari anda yang membaca tulisan ini, jatuh di katagori
Entry Level atau Hobby. Mungkin, dengan kekuatan uang anda, anda bisa
mengatakan kalau anda bisa memakai kamera Semi-Profesional atau bahkan
kamera Profesional. Bisa saja dan tentu saja sah-sah saja kalau anda
berencana membeli kamera yang terbaik dengan uang anda. Tulisan ini
hanya memberikan pedoman dasar pasar kamera D-SLR seperti apa. Keputusan
selanjutnya tetap terserah anda.
Merk
Sekarang ini, di pasaran D-SLR, ada 2 (dua) merk yang menguasai pasar
kamera D-SLR 35mm. Keduanya adalah Nikon dan Canon. Mereka berdua
menguasai hampir 80% pangsa pasar kamera D-SLR. Khusus untuk kedua merk
ini,
Tentu saja, selain Nikon dan Canon, juga terdapat merk-merk lain yang
memiliki kamera D-SLR yang juga cukup bagus. Mereka adalah Olympus,
Sony, Pentax, dan Sigma. Dalam hal Sony, mereka mulai masuk pasar D-SLR
setelah mereka membeli teknologi (dan bisnis) D-SLR yang dimiliki oleh
Konica-Minolta. Konica-Minolta sendiri sekarang lebih memfokuskan pada
bisnis digital imaging. Jadi, kamera sony dapat memakai lensa-lensa
auto-focus milik Minolta. Sony juga memasok sensor untuk banyak model
kamera D-SLR Nikon.
Grup Fanatik
Begitu anda memilih salah satu merk kamera, berarti anda sudah
memilih sebuah paket sistem kamera. Berarti anda sudah memilih lensanya,
memilih aksesorisnya, lengkap beserta komunitasnya. Fanatisme pengguna
kamera di dunia terkadang bisa disamakan dengan fanatisme pemeluk agama.
Saya sendiri pemakai Nikon. Saya tidak pernah mengatakan (dengan
serius) bahwa merk lain memiliki produk yang jelek. Saya memakai Nikon
karena saya memang sudah sejak awal (pada jaman kamera film) sudah
memakai kamera Nikon. Jadi, saya memang sudah terbiasa dan nyaman dengan
Nikon. Memang saya sering bercanda dengan teman-teman dan menjelekkan
merk teman saya yang berbeda dengan Nikon. Tapi itu hanya sebatas
bercanda. Saya percaya penuh, merk-merk lain memiliki produk yang bagus
juga. Hanya saja, saya lebih menyukai Nikon. Itu sama saja seperti saya
mengatakan saya lebih menyukai sate ayam ketimbang soto.
Ketika memilih merk kamera, saya lebih menyarankan untuk menyamai
merk kamera yang sudah dipakai oleh teman-teman dekat anda. Dengan
memilih merk kamera yang sudah dipakai teman-teman dekat anda, koleksi
alat anda (lensa dan flash) menjadi lebih beragam ketika anda bersama
teman-teman anda hunting foto bersama. Anda bisa tukar-tukaran lensa.
Kecuali kalau anda berprinsip “Asal Beda”. Kalau prinsip anda, harus
beda dengan teman anda, ya berarti pilihan anda sudah jelas bukan?
Teknologi
Dengan tingkat persaingan kamera yang seketat ini, bisa dikatakan
kamera terbaru yang dipasarkan oleh sebuah produsen kamera memiliki
teknologi yang paling baru yang dimiliki oleh produsen tersebut. Kamera
baru artinya teknologi baru. Setiap produsen pasti berlomba-lomba untuk
memberikan kamera dengan teknologi tertinggi yang dapat diberikan
produsen tersebut pada kelas kamera yang bersangkutan.
Walaupun kebanyakan dari konsumen kamera adalah merupakan konsumen
yang loyal terhadap sebuah merk kamera, kalau merk tersebut sudah
terlalu lama tidak mengeluarkan model terbaru (dengan kata lain, tidak
melakukan pengembangan teknologi), konsumen mereka ini bisa-bisa pindah
merk. Kalau terlalu banyak yang pindah merk seperti itu tidak peduli
seberapa besar sebuah merk, merk tersebut bisa-bisa colaps atau bahkan
bangkrut (Contohnya Minolta, Konica, Kyocera).
Sensor Nikon D4 – 36MP, Full-Frame
Kita sebagai konsumen tinggal tenang-tenang saja. Dengan persaingan
yang amat ketat itu, dapat dipastikan semua kamera yang dikeluarkan
produsen akan memiliki yang teknologi tinggi dengan harga semurah
mungkin yang mereka bisa berikan. Nasib dan kelangsungan hidup dari
perusahaan-perusahaan kamera itu amat bergantung pada kamera yang mereka
produksi dan pasarkan. Jadi, pastilah mereka memastikan bahwa
kamera-kamera yang mereka pasarkan akan memiliki teknologi terbaru yang
dapat bersaing dan memenuhi kebutuhan anda.
Semua model dan tipe kamera dari semua merk kamera D-SLR yang ada di
pasaran sekarang, pasti bisa membantu anda membuat foto yang bagus.
Sekarang pertanyaannya tinggal bagaimana anda memakai kamera itu, untuk
membuat sebuah foto yang bagus. Teknologi pada akhirnya adalah sebuah
alat. Kamera adalah alat untuk menangkap cahaya. Kamera (dan lensa) yang
canggih akan membantu anda membuat foto yang bagus. Akan tetapi, bukan
kamera anda yang menentukan anda mengambil foto yang bagus atau tidak.
Andalah yang menentukan angle, komposisi, moment dan cahayanya. Tidak
ada orang yang pernah bertanya pada pelukis, “Lukisan itu dibuat pakai
kuas dan cat merk apa?”
Jadi, carilah kamera yang paling baru yang paling mungkin untuk kelas
penggunaan anda dan kantong anda, untuk mendapatkan teknologi yang
paling baru.
Feel
Anda dapat melakukan banyak riset terhadap fitur-fitur kamera yang
ada di pasaran sekarang ini dengan membaca majalah, artikel internet,
forum-forum diskusi, atau mailing-list. Bisa dikatakan, semua data
tertulis mengenai sebuah kamera bisa anda dapatkan dengan mudah.
Setelah anda melakukan itu semua, saya amat sarankan agar anda tetap
mencoba memegang kamera yang anda incar. Bahkan, apabila memungkinkan,
anda pinjam dulu kamera tersebut dari teman anda atau tempat sewa
kamera. Anda perlu mencoba memegang kameranya. Rasakan bagaimana
handling dari kamera tersebut. Coba rasakan apakah anda nyaman dengan
navigasi menu-nya. Coba potret dengan kamera tersebut, termasuk mencoba
semua tombol yang ada di kamera tersebut.
Pada intinya, coba test-drive kamera yang anda incar. Ada banyak
sekali fitur-fitur dan fasilitas yang tidak disebutkan dalam spesifikasi
yang dipublikasikan oleh produsen kamera. Berat kamera perlu anda
rasakan sendiri. Apakah ukuran dari kamera tersebut pas dengan genggaman
tangan anda? Tidak cukup menentukan sebuah kamera, hanya dengan membaca
hasil review dan spesifikasi yang ada di majalah atau internet. Anda
perlu merasakannya sendiri.
Model Kamera
Setelah mengetahui tentang kelas-kelas kamera, bagaimana mengenali
sebuah kamera berada di kelas yang mana? Langkah pertama, tentu saja
dengan melihat harganya dan bandingkan dengan kemera-kamera lain yang
satu merk dengan kamera tersebut. Selain harganya, kelas-kelas kamera
bisa dilihat dari penamaan model-model kamera. Setiap produsen kamera
memiliki cara penamaan tersendiri untuk membedakan kamera-kamera mereka
pada di kelas yang mana.
Khusus untuk merk Nikon, kamera-kamera D-SLR mereka selalu diawali dengan huruf “D” lalu beberapa angka tergantung kelasnya. Kamera-kamera Nikon untuk:
- D1, D1x, D1h, D2X, D2H, D3, D3X, D3s and D4
- D700, D800 and D800e
- D100, D200, D300, D300s
- D70, D70s, D80, D90 and D7000
- D40, D40x, D50, D60, D5000 and D5100
- D3000, and D3100
Untuk kamera merk Canon, jenjang perbedaan
kelas-kelas kamera mereka lebih lebar. Pada awalnya, mereka juga memakai
huruf “D” di awal nama model kamera mereka, diikuti dengan beberapa
digit angka. Akan tetapi, kemudian mereka merubahnya dengan meletakkan
huruf “D” setelah beberapa digit angka. Hal ini hanya agak berbeda
dengan saingan utamanya, Nikon (Nikon juga melakukannya untuk membedakan
dengan Canon). Jadi, untuk kamera-kamera Canon, pengelompokkan
kelas-kelas kamera mereka sebagai berikut (dari tingkat Professional
hingga Entry Level):
- 1Ds, 1Ds Mk II, 1Ds Mk III, 1D X,
- 1D, 1D Mk II, 1D Mk II N, 1D Mk III, 1D Mk IV,
- 5D, 5D Mk II, 5D Mk III
- 7D
- D30, D60, 10D, 20D, 30D, 40D, 50D, 60D
- 300D, 350D, 400D, 450D, 500D, 550D
- 1000D, 1100D
Khusus untuk merk Olympus dan Sony, saya tidak terlalu mengikuti
perkembangannya. Jadi pengelompokan kameranya tidak terlalu saya
ketahui.
Olympus, mereka menggunakan huruf E untuk kamera-kamera mereka (dari tingkat Professional hingga Entry Level):
- E-1, E-3, E-5
- E-30
- E-500, E-510, E-520, E-620, E-600,
- E-300, E-330
- E-400, E-410, E-420, E-450,
Setelah bertahun-tahun Sony “mencari identitas” dan
mengisi hampir di semua lini dan kemungkinan market yang ada, Sony
kemudian memutuskan untuk mengeluarkan strategi kamera baru dengan
teknologi cermin tembus cahaya. Teknologi SLT (Single Lens Translucent)
memakai sebagian kecil dari cahaya yang dipantulkan oleh cermin SLT
untuk keperluan electronic viewfinder dan deteksi auto-focus, sementara
sebagaian besar diteruskan ke sensor untuk pengambilan gambar. Cermin
ini tidak bergerak, berbeda dengan teknologi DSLR yang cerminnya ikut
naik-turun seiring dengan kecepatan shutter.
- A900, A850,
- A700
- A550, A580
- A500, A560
- A450,
- A350, A380, A390
- A300, A330
- A100, A200, A230, A290
Lalu mengebangkan teknologi SLT:
- SLT A77
- SLT A65
- SLT A55
- SLT A33, A35,
Harga
Kalau kita sudah berpikir bahwa produsen memilah-milah konsumennya
dari tingkat penggunaan kamera mereka, kita bisa melihat kamera mana
yang ditujukan sebagai kamera Entry Level, dan kamera mana yang
ditujukan sebagai kamera Professional. Entry level akan memiliki harga
yang paling murah dari semua model kamera yang dipasarkan oleh sebuah
produsen kamera. Biasanya, kamera Entry Level lebih banyak ditawarkan
dalam bentuk paket body dan lensa. Kamera Profesional akan memiliki
level harga yang paling tinggi. Saking tingginya, 1 (satu) unit kamera
kelas Profesional (body only) bisa membeli hingga lebih dari 10
(sepuluh) buah kamera Entry Level (kit, bersama lensa).
Pada umumnya, kamera seri Entry Level akan dijual dikisaran harga US$
500 hingga US$ 600 lengkap dengan lensa kit-nya. Harga ini adalah harga
minimal yang perlu dibayarkan untuk “masuk” ke dunia D-SLR. Harga ini
naik terus seiring dengan naiknya kelas pengguna kamera, hingga pada
ujung rentang harga, terdapat kamera Professional yang dijual dengan
harga US$ 7.000, body only.
Harga-harga tersebut adalah harga kamera tipe terbaru. Apabila anda
ingin harga yang lebih murah, anda bisa mencari kamera dengan tipe yang 1
(satu) model lebih awal dengan kelas yang sama (tentu saja apabila stok
kamera tersebut belum habis). Selain itu anda juga bisa mencari kamera
bekas (second hand) yang banyak dijual di internet atau di toko kamera.
Tentu saja, anda perlu berhati-hati ketika anda berencana membeli kamera
bekas. Tentu saja, anda juga dapat “turun kelas” dan membeli kamera
yang berada di kelas di bawah kamera yang incar.
Ketika anda ingin membeli kamera bekas, sebaiknya anda:
- membeli pada orang yang anda benar-benar kenal (teman anda),
- bertanya terlebih dahulu pada teman yang lebih berpengalaman,
- membeli dari toko kamera yang terpercaya, atau
- membawa teman anda yang lebih pengalaman sehingga dia bisa membantu anda memeriksa kondisi kamera yang akan dijual.
Saya lebih merekomendasikan anda “turun kelas” untuk mendapatkan
lensa yang lebih baik, daripada anda memaksakan kamera yang canggih akan
tetapi anda terpaksa memakai lensa merk lain (Tamron, Sigma, Tokina dan
lain-lain). Kalau dianalogikan membeli mobil, Lensa itu seperti
mesinnya sedangkan body kamera seperti body mobilnya. Lagipula harga
kamera akan selalu turun terdepresiasi, sedangkan lensa harganya tidak
mengikuti hukum depresiasi.
Garansi
Ketika mencari-cari informasi tentang harga kamera D-SLR, anda harap
berhati-hati ketika anda mencari harga yang paling murah. Beberapa toko
kamera menjual kamera mereka dengan harga yang amat murah, akan tetapi
tidak disertai dengan garansi resmi dari distributor Indonesia.
Membeli kamera hampir sama dengan dengan membeli handphone. Ada harga
garansi resmi, dan ada juga harga “garansi toko” atau lebih dikenal
dengan nama “Barang Black Market”. Terkadang, toko kamera menyamarkan
jenis barang ini dengan tetap menawarkan garansi dengan menyebutnya
garansi Internasional.
Apabila anda memang ingin membeli kamera dengan garansi resmi,
pastikan kamera yang anda beli memiliki garansi yang berasal dari:
- Nikon, garansi Nikon Indonesia, atau PT. Alta Nikindo
- Canon, garansi Canon Indonesia, atau PT. Datascript
- Olympus, garansi Olympus Customer Care Indonesia (OCCI)
- Sony, garansi Sony Indonesia, atau PT. Sony Indonesia
Kenapa garansi resmi penting? Karena kamera digital sekarang ini pada
dasarnya adalah alat elektronik. Dengan membeli kamera yang memiliki
garansi resmi, anda terbebas dari pikiran was-was ketika anda memakai
alat anda. Anda juga akan mendapat banyak kemudahan dan beberapa servis
cuma-cuma (atau potongan harga) apabila anda membeli kamera dengan
garansi resmi. Anda juga akan menikmati harga jual kamera yang lebih
tinggi ketimbang kamera yang dibeli tanpa garansi resmi, ketika anda
ingin menjual dan mengganti kamera anda. Terkadang, distributor resmi
akan mempersulit (atau memahalkan) proses servis kamera anda apabila
terjadi sesuatu pada kamera anda.
Saya amat menyarakan anda membeli kamera dengan garansi resmi. Akan
tetapi, pilihan tetap ada pada anda sendiri. Percayalah, beda harga
tersebut tidak signifikan dalam jangka waktu anda memiliki kamera
tersebut.
Buat Keputusan
Ini langkah yang paling sulit. Setelah anda banyak melakukan riset,
menentukan budget anda, mencoba dan merasakan bagaimana kamera itu di
tangan anda, dan akhirnya, mulai berani menentukan model kamera apa yang
anda inginkan. Setelah itu, hanya satu yang anda perlu lakukan. TERJUN !!
Tutup mata anda, buang semua keraguan, lakukan pembelian kamera
sesuai dengan keputusan anda. Kalau anda terus menunggu dan terus
membaca dan terus bertanya, anda tidak akan punya kamera. Anda tidak
akan motret.
Anda sudah membaca sampai sejauh ini. Semua sudah dibahas. Pilihannya
ada di anda, jadi tinggal anda yang memutuskan, apakah anda benar-benar
ingin motret dan menghasilkan foto-foto yang selama ini anda lihat…..
atau anda akan terus menunggu.
——————
Jangan tanya ke saya, saya menyarankan membeli kamera apa.
Karena saya tidak tahu budget dan kebutuhan anda.
Saya membuat tulisan ini justru supaya anda bisa BERPIKIR, BERUSAHA dan MEMBUAT KEPUTUSAN SENDIRI.